Pertama kali memasuki tempat kerja saya yang sekarang, gudang kantor terlihat dipenuhi tumpukan arsip dan buku-buku catatan inspeksi. Staf-staf sibuk memasukkan data ke komputer dari pagi hingga sore. Kini, situasinya sudah jauh berbeda. Arsip kertas masih ada, tapi tidak lebih dari 1-2 rim. Fokus staf pun bergeser. Mereka kini lebih banyak terlibat dalam proyek-proyek strategis, salah satunya digitalisasi.

Digitalisasi inilah yang mengubah wajah kantor saya: dari ruang yang dulu dipenuhi dokumen fisik menjadi tempat kerja yang ramping, efisien, dan berorientasi inovasi. Di lantai produksi, dampaknya jauh lebih terukur.

Di skala global, banyak perusahaan telah melaporkan dampak positif dari digitalisasi. Salah satunya yang dilaporkan oleh World Economic Forum (2023). Laporan ini mencatat sejumlah manfaat digitalisasi yang saya rangkum sebagai berikut:

1. Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi

Efek paling nyata dari digitalisasi adalah efisiensi operasional. Dua perusahaan berikut adalah contoh nyatanya:

  • ACG Capsules mengurangi waktu produksi hingga 39% dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja sebesar 44%.
  • Mondelez mencatat peningkatan produktivitas tenaga kerja hingga 53%, berkat otomatisasi berbasis AI.

2. Peningkatan Kualitas Produk

Teknologi seperti computer vision dan AI kini digunakan untuk mendeteksi cacat secara real-time, sehingga dapat mengurangi tingkat scrap dan rework. Misalnya:

  • VitrA Karo mengurangi tingkat scrap sebesar 68% melalui sistem inspeksi kualitas otomatis.
  • Johnson & Johnson menurunkan ketidaksesuaian (non-conformance) sebesar 60%.

3. Pengurangan Biaya Operasional

Digitalisasi membantu mengoptimalkan penggunaan energi, bahan baku, dan pemeliharaan aset. Misalnya:

  • Aramco mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 23% dan meningkatkan operational availability sebesar 17%.
  • Schneider Electric menurunkan konsumsi energi sebesar 58% dan emisi CO₂ sebesar 61%.

4. Ketahanan dan Responsivitas Rantai Pasokan

Digitalisasi membantu perusahaan menjadi lebih tahan (resilient) menghadapi krisis—seperti saat pandemi COVID-19. Perusahaan yang terdepan dalam teknologi digital terbukti lebih tahan krisis: 85% dari mereka hanya mengalami penurunan pendapatan kurang dari 10%, dibandingkan dengan hanya 14% pada perusahaan lain. Teknologi seperti AI dipakai untuk memprediksi demand, mengatur inventori, dan menghindari gangguan pasokan.

Contoh nyata datang dari Unilever, yang berhasil meningkatkan akurasi peramalan permintaan sebesar 53%, sekaligus mengurangi inventori barang jadi sebesar 23%.

5. Keberlanjutan Lingkungan

Digitalisasi juga berperan penting dalam mendukung keberlanjutan (sustainability). Misalnya:

  • Siemens Chengdu mengurangi konsumsi energi per unit produk sebesar 24% dan limbah produksi hingga 48%.
  • Kenvue Thailand menurunkan penggunaan air sebesar 35% dan emisi gas rumah kaca sebesar 29%.

6. Inovasi dan Skalabilitas Cepat

Strategi “assetization” dalam konteks AI memungkinkan proyek-proyek yang dulu butuh waktu berbulan-bulan, kini bisa dijalankan hanya dalam hitungan hari atau minggu. Assetization adalah proses mengemas solusi berbasis AI (seperti use case) menjadi paket siap pakai agar bisa diterapkan secara cepat dan dalam skala besar.

Agilent Technologies, produsen peralatan life science asal Jerman, menerapkan assetization pada teknologi computer vision untuk keperluan inspeksi. Mereka membangun library solusi AI yang mencakup alat-alat computer vision, konektor plug-in ke sistem MES, software pengujian, SOP, buku manual, dan materi training.

Hasilnya, lima aplikasi baru berhasil diimplementasikan di 57 work center dan 16 lini produk dalam waktu kurang dari empat bulan.

7. Transformasi Peran Tenaga Kerja

Seperti cerita tentang kantor saya, digitalisasi telah mengubah peran para staf dari staf administrasi menjadi specialist untuk ranah strategis. Di banyak pabrik yang telah mengadopsi teknologi AI, kesalahan manusia dapat diminimalkan, sehingga peran operator pun bergeser. Mereka tidak lagi menjadi “pelaku” utama dalam proses produksi, melainkan menjadi “pengawas” proses menyerupai peran teknisi.

Salah satu contoh sukses transformasi ini adalah K-water, perusahaan pengelola air di Korea Selatan. Mereka menerapkan sistem operasi berbasis AI untuk mengendalikan seluruh aktivitas operasional. Mereka mencatat peningkatan efisiensi tenaga kerja sebesar 42%.

Transformasi Itu Nyata dan Dimulai Saat Kita Memilih untuk Melangkah

Hilangnya tumpukan arsip kertas di tempat kerja saya adalah cerminan kecil dari transformasi yang jauh lebih besar. Digitalisasi tidak hanya menjadi katalis peningkatan efisiensi, tetapi juga mendorong perubahan mendasar dalam cara kita berpikir, berperan, dan menciptakan nilai dalam organisasi.

Keberhasilan transformasi digital bukan ditentukan oleh seberapa besar investasi pada teknologi, melainkan oleh strategi yang dijalankan secara bertahap, terukur, dan berkelanjutan. Kita perlu meninjau kembali posisi organisasi, lalu menentukan roadmap atau langkah-langkah apa yang perlu diambil menuju organisasi yang lebih adaptif, terintegrasi, dan kompetitif.


Lihat pula

 


 

Bahan Bacaan

World Economic Forum. (2023, 14 Desember). Global Lighthouse Network: Adopting AI at Speed and Scale. Retrieved from https://www3.weforum.org/docs/WEF_Global_Lighthouse_Network_Adopting_AI_at_Speed_and_Scale_2023.pdf

2 thoughts on “ Digitalisasi Pabrik (3): Mengapa Pabrik Perlu Transformasi Digital? ”

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.